Antara Nafsu dan Cinta
Antara Nafsu dan Cinta
Berpacaran, ada di sini yang sedang berpacaran? Bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang masih berpacaran, tetapi sudah melakukan seks? Mungkin, sebagian dari kalian menganggap hal tersebut biasa-biasa saja, tak perlu terlalu dipermasalahkan. Namun, bukankah itu sebenarnya tidaklah baik?
Baik, pada kesempatan kali ini, saya akan membahas seks yang didasari cinta atau nafsu. Seperti yang kita ketahui, cinta dan nafsu adalah sesuatu yang mendasari terjadinya seks. Kedua hal ini sama-sama menciptakan koneksi untuk menuju sesuatu yang terasa begitu menyenangkan. Akan tetapi, kedua hal ini juga jelas berbeda.
Nafsu adalah ketertarikan fisik yang kuat. Nafsu tercipta secara alami, tetapi harus dikontrol agar tak terperangkap. Banyak orang di luar sana mendasari nafsu untuk melakukan seks. Melepaskan hasrat dalam tubuhnya kepada orang yang tampak menggoda tanpa adanya keterkaitan hubungan dan komitmen. Sama halnya saat Anda dan pacar Anda berhubungan seks, seberapa yakin Anda kalau hal tersebut terjadi bukan semata-mata karena nafsu yang begitu besar? Kalau saya pribadi yakin itu lebih didasari oleh nafsu yang besar. Ya, saya tahu Anda berdua selalu bersama, status Anda jelas menampakkan bahwa Anda saling mencintai. Namun, bukankan cinta itu tidak merusak dan merugikan? Ketika mahkota Anda sebagai wanita telah direnggut oleh pacar Anda, bukankah Anda rusak? Ketika Anda ditinggal pergi, bukankah Anda rugi besar? Tidak ada jaminan kalau Anda dan pacar Anda tidak akan berpisah. Anda tidak terikat ikatan sakral yang kuat. Bisa saja sewaktu-waktu Anda dicampakkan saat yang namanya komitmen itu sudah tak ada lagi dan rasa bosan menerpa.
Cinta dan nafsu memang sulit dibedakan, kuncinya utamanya tanyakan sendiri kepada diri Anda. Cinta adalah sesuatu yang lebih kuat dari nafsu. Cinta tumbuh secara alami untuk melindungi, menjaga, memberikan kasih sayang, dan bertahan dalam jangka waktu yang lama, bahkan abadi. Saling memberikan kepedulian terhadap sesama sehingga terciptanya ikatan emosional.
Ketika dalam setiap pertemuan Anda selalu mengutamakan seks, menautkan bibir, menghabiskan sebagian besar waktu Anda hanya di tempat tidur, jelas itu terjadi karena nafsu yang besar. Cinta tak selamanya tentang seks. Anda dan kekasih Anda bisa melakukan hobi dan aktivitas baru bersama, jalan-jalan, menghabiskan waktu untuk sekedar berbagi cerita, saling memuji, bahkan saling mengejek untuk menciptakan tawa dan bahagia itu jauh lebih menyenangkan, bukan? Anda juga bisa membuat peraturan dan saling mengingatkan satu sama lain agar tak terjun ke jalan yang salah. Begitu pun juga dengan orang yang sudah menikah, tak selamanya rasa harus dikaitkan dengan seks.
Bayangkan jika jalinan kasih Anda berakhir, Anda saling berpisah. Anda akan selalu dihantui rasa berdosa sebab sudah jelas apa Anda lakukan adalah sesuatu yang salah. Terkhusus Anda sebagai wanita, pasti akan rugi besar karena kehilangan sesuatu yang sangat berharga di diri Anda. Hilang rasa percaya diri, sulit mendongakkan kepada seperti sedia kala, dan selalu merasa was-was ketika ingin menjalin hubungan kembali dengan seseorang. Terlebih lagi jika hamil di luar nikah, mau ditaruh di mana muka Anda? Aib telah tercipta, Anda sebagai wanita dicap wanita murahan dan Anda sebagai pria dicap sebagi lelaki bejat. Belum lagi perasaan orang tua Anda, jelas sakit hati, kecewa, dan harus menanggung cemoohan karena kelakuan Anda. Tahu sendiri, 'kan, negeri ini seperti apa?
Lantas, apakah menikah adalah jalan keluar terbaik bila benih sudah tumbuh? Menurut saya, tidak juga, baik jalinan kasihnya masih berjalan atau sudah berakhir. Saya menjadikan contoh teman saya sendiri sewaktu saya masih duduk di bangku SMA. Tidak ada hujan, tidak ada badai, tiba-tiba sahabat saya mengirimkan saya foto yang menampakkan pasangan sejoli berpakaian kebaya sedang melangsungkan akad suci pernikahan. Saya tersentak kaget, terlebih lagi nyatanya teman saya sudah dibuahi benih. Masa depan hancur, belum sempat lulus sudah nikah duluan, jelas itu bukan keinginan mereka. Pernikahan mereka masih terus bertahan hingga anak mereka melihat dunia, tetapi sangat disayangkan karena mereka tidak bisa bertahan lama untuk saling bersama, cukup sampai di situ saja. Si anak belum tumbuh giginya, belum bisa jalan, eh, tiba-tiba orang tuanya sudah berpisah. Si anak pun sering dititipkan ke neneknya. Orang tuanya kembali menelusuri masa mudanya yang sempat terhambat dengan status yang berbeda. Duh, anak lagi jadi korban kurang kasih sayang dari orang tuanya.
Jadi, pikirkan baik-baik jikalau Anda ingin bertindak. Jangan sampai apa yang Anda lakukan merusak masa depan Anda.
__