MENJINAKKAN BOM WAKTU DALAM HIDUP

 MENJINAKKAN BOM WAKTU DALAM HIDUP



Saya mengibaratkan akhirat itu seperti bom waktu yang terikat di tubuh, ada satu kabel diantara beberapa kabel yang harus kamu putus dengan benar agar bomnya tidak jadi meledak, kabel merah, hijau, hitam, putih, kuning dan biru (pilihan keyakinan). Ketika kamu salah potong, maka bomnya akan meledak, dan itu artinya jasadmu akan hancur dan kamu akan mati.


Kesempatanmu untuk selamat hanya ketika kamu mampu memutus kabel yang benar. 


Dari analogi diatas, sudah pasti yang akan selamat adalah orang orang yang sudah terbiasa menjinakkan bom, sudah biasa berlatih, dan sudah sering menemukan kondisi yang sama, kondisi dimana dia harus tau, yakin bahkan hakkul yakin dengan tindakan yang dia ambil, KARENA DIA SUDAH BELAJAR DAN SERING BERLATIH dan berhasil memutuskan kabel yang benar, maka dari sanalah kepercayaan diri dan keyakinan itu muncul. 


Banyak orang yang hanya merasa yakin, tapi ketika dihadapkan kondisi bom sudah terikat ditubuh, maka diapun kelimpungan, bingung memilih yang mana, bingung diantara benar dan salah, padahal kesempatannya hanya sekali. 


Begitu juga halnya dengan akhirat yang berisi syurga dan neraka, kesempatannya hanya sekali untuk memilih keputusan yang tepat, ketika pilihanmu salah, maka neraka yang akan kamu dapat. 


Lantas bagaimana caranya agar keputusan yang kita dapat adalah keputusan yang tepat? pelajari hakikat beragama, uji keyakinan yang anda punya, ketika keyakinan kamu mampu diuji dan bukan atas doktrin semata, maka tentu kamu wajib mengujinya. Pelajari, jalankan, uji barulah kepercayaan diri itu muncul dengan sendirinya, bukan keyakinan yang anda yakini berdasarkan doktrin, tapi kayakinan karena anda sudah sering berlatih, dan sudah sering menemukan kondisi dimana keputusan anda benar adanya. 


Dulu, saya tidak pernah menemukan kepuasan dalam beragama, karena yang saya dapatkan sama, doktrin, tapi ketika saya mengingat kematian, maka sayapun diselimuti ketakutan, benar atau salah, masuk syurga atau neraka, bagaimana tidak ragu jika semua hanya doktrin yang MASIH SAYA TUNGGU KEBENARANNYA, ditambah lagi semua aliran kepercayan mengklaim dirinya benar. Bingung, mau percaya yang mana, karena teorynya sama, doktrin dan klaim dengan dasar yang mereka punya. 


Sampai pada akhirnya, tahun 2014 Tuhan membimbing saya untuk belajar tasawuf dari seorang pembimbing (bukan dari buku), kemudian saya dibimbing untuk belajar, praktek dan menemukan hakikat kebenaran tentang syurga dan neraka, maka disanalah keyakinan itu muncul, tanpa harus mengkafirkan orang lain, tanpa harus menyudutkan orang lain, yang saya lakukan hanyalah meminta pada siapapun untuk menguji keyakinan yang mereka miliki, agar hakkul yakin itu muncul bukan karena doktrin orang lain, tapi keyakinan yang yang sudah anda uji hingga keyakinan itu tak tergoyahkan lagi. 


Berdebat hanya akan melahirkan kebingungan, karena akal terlalu pintar untuk dikalahkan, orang pintar akan dikalahkan oleh orang yang lebih pintar, tapi pada akhirnya yang lebih pintar akan dikalahkan oleh orang yang lebih berpengalaman, dan pengalamanlah yang akan menghantarkan kita pada keyakinan, dan keyakinanlah yang akan membuat kita percaya diri dan tidak takut lagi menghadapi kematian, tanpa bayang bayang syurga atau neraka, karena pengalaman empiris sudah sering menghantarkan kita kesana, sudah sering berlatih dan sampai pada hakikat syurga yang sebenanrnya, seperti halnya hakkul yakinnya mereka yang sudah sering berlatih menjinakkan bom, dan menemukan keadaan yang sama, SELAMAT KARENA MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG TEPAT DISAAT HANYA ADA SATU KESEMPATAN UNTUK MEMILIH. 


TASAWUF ITU TANPA SPEKULASI, DALAMI, KESEMPATAN UNTUK HIDUP DIDUNIA DAN MENGUJI KEYAKINAMU HANYA SEKALI.

Next Post Previous Post