Takaran bahagia

 KERJA KERAS DAN KEPINTARAN BUKAN SYARAT UNTUK KAYA DAN BAHAGIA

(1 M BUKAN DEBU, WALAU PUNYA UANG RATUSAN M)


Andai bahagia itu bisa diukur dengan uang 1 M, mungkin tidak akan ada koruptor seperti Setya Novanto, Nasrudin, Gayus Tambunan, Ratu Atut dsb. Mereka itu bukan karena tidak punya uang tapi karena mereka tidak punya moral, koruptor itu bukan karena tidak berkecukupan tapi karena mereka selalu merasa kekurangan, koruptor itu bukanlah orang bodoh tapi orang pintar yang menyalah gunakan kepintarannya. Pintar dan kaya saja tidak cukup, tapi juga harus memiliki moral dan integritas yang tinggi agar dihargai, karna dunia tidak melulu soal materi tapi soal nilai. 


Anda berpendidikan tinggi, Punya profesi yang bagus, punya kehidupan yang bagus, itu hanya bonus dari Tuhan, yang mungkin kebetulan orang tua anda emang udah kaya, udah berpendidikan sehingga anda punya rules model, apa lagi didukung dengan lingkungan perkotaan yang semua fasilitas ada, tinggal uang saja yang berbicara, menurut saya wajar jika anda sukses, semua faktor pendukung ada untuk sukses, justru ketika anda tidak sukses anda goblok namanya. Sesusahnya hidup anda, anda tidak pernah merasakan bagaimana makan seadanya, pendidikan seadanya, tidur diatas kasur seadanya bahkan ada yang hanya beralas tikar daun pandan, belum lagi tidak adanya support karena lingkungan pedesaan pada dasarnya yang penting hidup untuk makan, tidak muluk muluk. 


Mungkin anda belum pernah menjadi miskin seperti kami, dan anda fikir kami memilih menjadi miskin dan bodoh? Tidak, itu semua takdir, tapi jangan bilang kalau kami tidak bahagia, uang bukan segalanya bung. Kami tenang tanpa harus pamer seperti mereka yang selalu memperlihatkan kemewahan dan kami bersyukur, Tuhan masih selalu memberikan rejeki meski tidak sebanyak yang anda punya. 


Anda tidak seharusnya merendahkan kami, karena apapun yang anda peroleh hari ini adalah bonus, andai anda terlahir dikampung seperti kondisi kami, apa anda bisa bangkit seperti sekarang? Anda hebat karena anda emang udah lahir dari keluarga mapan dan berpendidikan, anda tidak merintisnya sendiri, anda hanya mendompleng kesuksesan keluarga anda dan lingkungan anda. Yang hebat itu mereka yang terlahir miskin dan diantara orang orang yang anda anggap bodoh, tapi dia berhasil mengalahkan 1 M yang anda anggap debu. 


Tidak melulu soal angka bung, saya pernah melihat orang miskin dan bodoh tapi anak anaknya pada sukses, dari mana uang buat sekolahin anak? Dari mana uang yang anda punya kalau bukan karena belas kasihannya Tuhan. Miskin dan bodoh itu bukan pilihan bung, andai itu pilihan maka tidak ada yang mau jadi miskin dan bodoh, andai usaha bisa membuat orang jadi kaya dan pintar, maka semua akan berusaha. Rejeki itu tolak ukurnya bukan pintar, andai kepintaran jd tolak ukur kaya, maka semua dosen dan guru pasti sudah punya harta milyaran, andai kerja keras bisa membuat kita kaya maka tidak ada yang melebihi kerja kerasnya tukang bangunan, petani dan nelayan, anda belum pernahkan jadi petani dan tukang bangunan? Coba deh sekali kali, biar congkak dan sombong anda tidak lagi merendahkan orang lain,biar sekali kali ngerasain bagaimana menjadi kaum marginal yang seolah tidak punya nilai dimata anda. 


Miskin dan bodoh itu bukan pilihan bung, tapi takdir, karena semua orang pasti berusaha, hanya saja ada porsi yang sudah diberikan oleh Tuhan yang tidak bisa di lewati setiap manusia....anda, saya dan kita semua hanya wayang, miskin dan bodoh adalah rencanaNYA demi keseimbangan kehidupan manusia. Tuhan maha adil, karena baik yang miskin dan bodohpun tetap diberi rasa untuk bahagia. 


Anda bisa bayangin kalau semua orang jadi pintar dan kaya? Yang mau mengagumi anda siapa? Yang bisa anda perintah perintah siapa? Yang bisa anda pekerjakan siapa? Yang mau bagun rumah anda siapa? Yang mau menanam apa yang anda makan siapa? Yang mau jadi karyawan siapa? 


Berhentilah merasa hebat dengan apa yang anda punya, karena semua hanya titipan semata. Jika Tuhan mau, tidak butuh waktu yang lama untuk mengambil itu semua.


Hidup anda, saya dan kita semua sudah digariskan oleh Tuhan, karena Tuhan maha tau, andai manusia bisa memilih maka manusia akan selalu memilih harta, pangkat, jabatan dan popularitas sebagai tolak ukur bahagia, padahal semua itu bisa saja berubah manjadi malapetaka. 


#marisalingmenghargai

Next Post Previous Post